Aku menyambutmu wahai bulan suci Ramadhan,  bagai seorang petani yang sedang menantikan padinya akan ia tuai dan  aku mempersiapkan semua bekal yang kumiliki untuk setia menjalaninya  bersamamu wahai Ramadhanku.' Ini adalah sebuah petikan cerita yang saya  ambil dari tulisan saya yang mungkin akan terbit 2 hari sebelum Ramadhan  namun sekarang sudah saya paparkan beberapa penjelasan yang termasuk  didalamnya.
Tidak terasa beberapa hari lagi  kita akn memasuki bulan mulia yang Allah sediakan untuk umatnya yaitu  Bulan Suci Ramadhan. Maka berniatlah 'Aku menyambutmu wahai bulan suci Ramadhan' dan lakukanlah ini dengan tulus karena ini akan membuat kita lebih rindu dengan bulan yang didalamnya terdapat banyak maghfiroh.
Sebagaimana disebutkan oleh Al  Imam Al Bukhari dalam Kitab Shahih Bukhari Bab Ilmu Sebelum Amal, maka  seharusnya setiap muslim bersemangat untuk mengetahui tata cara ibadah  yang akan dia kerjakan. Dengan demikian kita akan mengerti makna dari  setiap ibadah yang kita kerjakan diwaktu bulan Ramadhan.
Persiapan Mental
Persiapan  mental untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait lainnya  sangatlah penting. Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir, karena  ajakan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul  Fitri, pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam  dalam menunaikan kekhusuan ibadah puasa Ramadhan. Kesuksesan ibadah  bulan Ramadhan seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya. Jika akhir  bulan Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka  insya Allah dia termasuk yg berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah  Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan  ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah, seperti  memperbanyak membaca AlQuran saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll. Dalam  hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW. memberi contoh kepada umatnya  yaitu dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang  diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA. berkata:” Saya tidak melihat Rasulullah  SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya  tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada  bulan Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan  fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang  terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak  menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya  tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu,  maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang  muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa jika  fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan  fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan  kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini  terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
1. Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
2. Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
3.  Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah  shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra,  agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang  cemberut. (HR. Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang  harus disiapkan adalah materi yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.  Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal  ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah  secara khusu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau  kegiatan lain yang mengganggu kekhusu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah (Syahrul Ibadah)
Ibadah  Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus lebih  baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu.  Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan  output yang positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan  masyarakat dan perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : «  Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka  mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri » (QS AR- Ra’du 11).  Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan  Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah  Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam  aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan  fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang  membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk  mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak  membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi negeri kaum  muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah (Bulan Taubat)
Bulan  Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan  dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga  bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan  memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti  meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada  kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan  orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat.
Taubat bukan hanya terkait  dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan  perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.  Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai  orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan  Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubah  kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama  manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka. Taubah dan  istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat maghfiroh (ampunan),  rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah  ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan  hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan  kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”  (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Da’wah
Bulan  Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama  untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi  (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang  bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan  kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan  aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud  perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang  kehidupan. Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin  kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala  jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan.  Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan Ramadhan, tetapi juga diluar  Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan  terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh lepas  dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah-langkah yang  telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah),  sehingga kita tidak menjadi orang/kelompok yang selalu mencari-cari  kesalahan orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita  sendiri yang mungkin jelas kesalahannya. Semoga Allah SWT senantiasa  menerima shiyam kita dan amal shaleh lainnya dan mudah-mudahan tarhib  ini dapat membangkitkan semangat beribadah kita sekalian sehingga  membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih baik, lebih aman,  lebih adil dan lebih sejahtera. Dan itu baru akan terwujud jika bangsa  ini yang mayoritasnya adalah umat Islam kembali kepada Syariat Allah.
 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar